"Jatuh cinta pada pandangan pertama itu menyenangkan"
Benar apa yang dikatakan oleh banyak orang. Jatuh cinta pada pandangan pertama itu sungguh menyenangkan. Jatuh cinta memang banyak bentuknya. Jatuh cinta pada lawan jenis, jatuh cinta ketika melihat hewan yang Kita sukai, begitupun jatuh cinta pada sebuah kota yang baru pertama kali didatangi. Kalimatnya akan berubah menjadi, "Jatuh cinta pada kedatangan pertama itu menyenangkan".
Mengapa harus jatuh cinta pada sebuah kota? Alasan ini buat gue masuk akal dan memang sah-sah saja jika memang menjatuhkan hati ketika mengunjungi sebuah kota yang benar-benar baru pertama kali dikunjungi.
Alasan mengapa gue berhasil jatuh cinta pada kota yang pernah saya datangi dan singgahi ini juga beragam. Keindahan, kelezatan kulinernya, hingga bagaimana adanya rasa saling menghargai perbedaan yang ditunjukkan oleh orang-orang yang tinggal di kota tersebut.
Tulisan ini berangkat dari beberapa pengalaman gue ketika punya kesempatan untuk mengunjungi beberapa kota yang ada di Pulau Jawa. Kebetulan sekali empat kota yang gue kunjungi ini memang letaknya di Jawa. Jika diberi kesempatan untuk mengunjungi kota-kota yang ada di luar pulau Jawa, bisa saja daftar kota yang berhasil membuat gue jatuh cinta pada pandangan pertama akan bertambah.
Nah,ini empat kota yang berhasil membuat gue menaruh hati saat pertama kali menginjakkan kaki.
Sleman yang nyaman
Sleman menjadi salah satu kota yang berhasil membuat gue jatuh cinta ketika pertama kali menginjakkan kaki dan menapakkan kaki untuk berkembang. Mungkin Sleman secara administratif bukan termasuk kota madya. Akan tetapi, kabupaten yang terletak di Utara Daerah Istimewa Yogyakarta ini berhasil membuat gue jatuh cinta pada kedatangan pertama.
Datang pertama kali ke Kabupaten tempat salah satu klub sepakbola kebanggaan warga Sleman pada tahun 2013, gue sendiri seneng sama suguhan keindahan Gunung Merapi yang begitu menawan dengan kegagahannya.
Gue ingat betul, pertama kali datang ke kota ini pada 2012. Keberangkatan yang terlambat satu tahun karena pada 2010, gunung yang gagah ini menunjukkan kegagahannya. Pada tahun itu, gue belum menemukan suatu yang spesial karena memang hanya terbatas kunjungannya. Akan tetapi, ada tekad yang kuat dari dalam diri gue bahwa memang kota ini cocok buat gue untuk menuntut ilmu pada jenjang berikutnya. Terwujud!
Selain karena keindahan Merapi, gue juga disuguhkan oleh orang-orang yang ada disekitar gue. Belum pernah gue menemukan ada sebuah daerah yang memang orang-orangnya cukup ramah. Angkringan dekat kos menjadi tempat yang membuat gue menemukan cinta itu, menemukan kedamaian berada diantara orang-orang asli sini.
Tutur katanya, sopan santunnya membuat gue memahami makna "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung". Pepatah ini sungguh menjadi petuah untuk hidup dengan damai dan berdampingan dengan orang-orang disekitar gue. Banyak pengalaman hidup yang saya dapatkan selama hidup kurang lebih 5 tahun di sini.
Sleman khususnya, dan Yogyakarta pada umumnya mengajarkan saya tentang satu hal; manusia dan alam bisa saling mencinta, menghargai, dan saling berdampingan. Ada hal lain juga yang membuat gue jatuh cinta hidup di Sleman selain kultur sepakbolanya; sejarahnya yang cukup beragam. Menyenangkan.
Salatiga yang sederhana
Sama seperti Sleman, Salatiga menjadi salah satu kota yang berhasil membuat gue menaruh hati pada kota ini. Bahkan, gue punya sebuah keinginan kecil yang (semoga saja) bisa terwujud dimasa tua kelak untuk tinggal di kota ini.
Salatiga buat gue adalah kota kecil dengan keindahan dan keramah-tamahan masyarakat khas Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tinggal berdampingan penuh dengan sopan santun dan ke-ramah-tamahannya.
Beberapa tahun belakang sempat heboh ketika sebuah gerbang tol dengan latar belakang Gunung Merbabu. Mirip seperti latar-latar kota yang ada di Swiss. Indah memang.
kecil yang berbatasan langsung dengan Semarang ini buat gue adalah kota yang cukup damai dan toleran serta memiliki tingkat ketenangan yang sangat baik jika dibandingkan dengan beberapa kota lain yang pernah saya kunjungi. Termasuk ke dalam kota yang cukup toleran juga.
Banyuwangi yang punya banyak pantai
Banyuwangi menjadi salah satu kota yang berada di ujung timur pulau Jawa yang berhasil membuat saya jatuh cinta pada kedatangan pertama. Gue ingat betul, mengetahui Banyuwangi hanya sebatas dari sosial media. Saat 2014, gue sudah mengetahui beberapa cerita soal keindahan alam yang dimiliki oleh Banyuwangi.
Meskipun kedatangan gue yang pertama kali cukup singkat. Tetapi Banyuwangi berhasil membuat gue menjatuhkan hati pada kota ini. Entah karena apa, gue begitu jatuh cinta pada kota yang terkenal dengan sejuta pesona wisatanya.
bahari, wisata alam, hingga wisata kebudayaan yang dimiliki oleh Banyuwangi seolah menjadi magnet tersendiri buat gue yang notabene suka jalan-jalan. Bayangkan saja, pantai yang dimiliki oleh kota ini begitu indah dan menawan. Harganya pun masih masuk diakal. Jika pembandingnya adalah wisata pantai dan keindahan bawah lautnya untuk di pulau Jawa.
Menurut gue, keindahan bawah laut Banyuwangi tidak kalah dengan daerah lain yang memang terkenal karena keindahan bawah lautnya. Seafoodnya juga cukup enak!
Jika Anda bosan dengan air laut, saran Saya nikmati juga keindahan pegunungan Ijen dengan Blue Fire-nya. Saya sedih, saya masih belum bisa menaklukan Ijen karena kesalahan saya menyepelekan persiapan yang cukup sebelum mendaki. Naik gunung kok pake sneakers. Lain waktu ya, Ijen!
Lasem
Banyak dari kita yang mungkin asing dengan nama daerah ini. Lasem, secara administratif memang hanya salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Rembang. Salah satu kota yang berada di ujung Jawa Tengah. Begitupun dengan gue, Lasem bahkan Rembang masih cukup asing di telinga dan mata gue.
Awal gue akan datang ke kota ini, masih belum cukup peduli. Bahkan, untuk mencari tahu lebih jauh saja tidak. Gue nggak pernah menaruh ekspektasi tinggi terhadap setiap perjalanan dan kota yang baru pertama kali akan didatangi. Tugas gue, menikmati perjalanan.
menginjakkan kaki pertama kali, gue disuguhkan oleh toleransi yang ada di Lasem. Dari Lasem juga banyak belajar tentang menghargai perbedaan. Bagaimana sebuah pesantren bisa hidup berdampingan dengan damai dan penuh rasa toleransi yang cukup tinggi dengan warga sekitar yang didominasi oleh warga Tionghoa. Hal yang mungkin tidak gue temukan di daerah tempat lahir dan bertumbuh dewasa.
Ada satu hal yang tidak boleh dilupakan ketika berkunjung ke Lasem; makan di Lontong Tuyuhan dan mencoba Kopi Lelet. Baahh sedep!
Dari Lasem juga gue banyak mempelajari tentang menghargai perbedaan ini. Sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia, yakni "Bhineka Tunggal Ika". Semboyan ini harus kita jaga hingga anak cucu Kita kelak.
Nah, itu adalah empat kota yang sampai saat ini telah berhasil membuat jatuh cinta pada kedatangan pertama. Kalo lo gimana? Adakah kota yang sampai saat ini berhasil membuat lo jatuh cinta pada kedatangan pertama?
Comments